Pemberdayaan UMKM Desa Nongan Melalui Pendekatan Survey Mahasiswa KKN Universitas Udayana

Pada minggu, 20 Juli 2025 telah dilaksanakan survey oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Udayana yang melakukan kunjungan lapangan ke UMKM jajanan khas Bali di Desa Nongan, tepatnya di Banjar Segah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi produksi, pemasaran, serta kendala yang dihadapi pelaku usaha lokal agar dapat dirancang strategi pengembangan yang sesuai.
Salah satu UMKM yang disurvei adalah "Putri Rama", sebuah usaha jajanan tradisional khas Bali yang telah berdiri sejak tahun 1974. Usaha ini masih dikelola secara tradisional oleh anggota keluarga, terutama oleh sang ibu, sementara pengelolaan lain seperti pemasaran belum berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya dan waktu. Produk ini belum pernah dipasarkan melalui media sosial dan belum memiliki kemasan berlabel, meskipun sebenarnya usaha ini sudah memiliki cap dan label sendiri. Produk dijual seharga Rp500 per bungkus dan diproduksi setiap hari. Penjualan dilakukan berdasarkan pesanan, dengan satu orang yang bertugas mencarikan pesanan lainnya. Menariknya, sistem distribusi dilakukan melalui jaringan relasi pribadi dan distributor tetap yang menjaga eksklusivitas pasar agar tidak saling berebut pelanggan. Kendala utama dari UMKM ini adalah kurangnya keterlibatan pemilik dalam pengelolaan usaha karena kesibukan, serta rendahnya penggunaan media sosial di lingkungan sekitar. Produk juga tidak pernah distok karena hanya diproduksi berdasarkan pesanan. Dalam hal pengemasan, mereka masih menggunakan steples karena dianggap lebih kuat dan tahan lama.
Selain itu, tim juga mengunjungi UMKM jajanan lainnya yang memproduksi jajan gina dan jajak uli. Usaha ini telah memiliki pemasaran yang lebih lancar, terutama melalui pasar tradisional, dan produksinya dilakukan setiap hari oleh anggota keluarga di rumah. Tidak seperti Putri Rama, jajanan ini dijual dengan harga yang lebih tinggi, yakni Rp90.000 per 25 biji kepada pengepul, atau sekitar Rp6.000–Rp7.000 per buah. Logo usaha ini sudah dibuat sejak lama melalui jasa percetakan dan tetap dipertahankan tanpa perubahan. Meskipun belum pernah ada kegiatan KKN yang masuk ke wilayah ini sebelumnya, pelaku UMKM ini terbuka terhadap ide promosi digital, seperti pembuatan video promosi melalui Instagram yang menyertakan nomor telepon dan alamat produksi. Produksi dilakukan setiap hari, meskipun dalam kondisi hujan bisa memakan waktu hingga tiga hari.
Sebagai kelanjutan dari kegiatan observasi lapangan, pada Senin, 21 Juli 2025, mahasiswa KKN Universitas Udayana kembali melakukan survey terhadap pelaku UMKM di Banjar Segah, Desa Nongan. Salah satu UMKM yang disorot adalah produsen Kripik Bayam yang telah berjalan selama 11 tahun. Produk ini dipasarkan langsung ke pasar tradisional, bukan melalui warung atau toko. Dalam proses produksinya, proporsi bayam terbilang sedikit, hanya sekitar tiga ikat per adonan, dan hasil produksinya dikemas dalam 1 pack berisi 10 kripik dengan harga jual Rp4.000–Rp5.000 per bungkus. Produksi dilakukan bersama anggota keluarga, terutama anak-anak yang dilibatkan dalam proses pengemasan tanpa menggunakan tenaga buruh formal.
Meskipun sudah memanfaatkan mesin sederhana untuk proses pengeringan selama 6 jam, pelaku UMKM ini belum menjual ke pasar yang lebih besar karena keterbatasan sertifikasi seperti halal dan BPOM, serta belum memanfaatkan media sosial untuk promosi. Mereka menyambut baik upaya promosi dari tim KKN karena memiliki keinginan untuk meningkatkan pendapatan. Menariknya, usaha ini juga pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas Koperasi, meskipun saat ini pembinaan sudah tidak berjalan lagi. Masalah lain yang muncul adalah ketidakpastian keuntungan karena anak-anak yang membantu juga meminta upah, meskipun sifatnya kekeluargaan.
Selanjutnya, pada Selasa, 23 Juli 2025, tim mahasiswa KKN melanjutkan survey ke Banjar Bukian, Desa Nongan, untuk menemui pelaku UMKM yang memproduksi kue kering, khususnya pia. Usaha ini telah berjalan selama 10 tahun dan beroperasi setiap hari. Mereka menerima pesanan melalui dua jalur: pengiriman langsung ke konsumen dan kedatangan pelanggan ke tempat produksi. Saat ini usaha dijalankan oleh delapan orang, namun pemilik masih merasakan kekurangan tenaga kerja karena permintaan dari Instagram cukup tinggi. Kendala utama yang mereka hadapi adalah keterbatasan modal dan ruang produksi yang kecil. Meski begitu, mereka tetap berupaya mempertahankan kualitas layanan pelanggan. Menariknya, mereka tidak memiliki keinginan untuk bersaing dengan merek pia besar seperti Pia Mawar, karena lebih fokus pada pelanggannya sendiri.
Pada hari yang sama, mahasiswa KKN juga menyambangi usaha Kripik Bu Siti di wilayah Saren Tengah, yang memproduksi berbagai jenis kripik seperti singkong, talas, dan pisang. Produksi dilakukan bervariasi tergantung jenis bahan, dengan harga Rp10.000 per pack (isi 13 pcs) dan untuk talas dijual seharga Rp1.000 per pcs. Pemasaran sempat dilakukan ke pasar, namun kini hanya difokuskan ke warung-warung karena keterbatasan tenaga dan belum adanya promosi lewat media sosial. Produksi dijalankan oleh sang ibu sendiri, tanpa bantuan tenaga kerja tetap.
Terakhir, mahasiswa KKN mengunjungi usaha "De' MAS (Dewa Mas)" di Banjar Nongan Kaler, yang memproduksi berbagai jenis jajanan tradisional seperti jaje sirat (jaje coklat), tumpeng, dan jaje gina. Usaha ini berdiri sejak tahun 2019, dan meskipun pada saat kunjungan tidak berproduksi karena hari libur, informasi produksi tetap diperoleh dari pemilik. Produk mereka dipasarkan hingga ke luar daerah, termasuk Singaraja, dengan harga eceran Rp1.000 per pcs, atau dalam bentuk bundle 130 biji seharga Rp100.000. Proses produksi biasanya dimulai pukul 6 pagi hingga sore hari, tergantung permintaan. Meski telah memiliki pengepul tetap, pemilik menghadapi kendala dalam pembuatan label dan kekurangan tenaga kerja. Saat ini, mereka juga belum memiliki logo karena keterbatasan waktu.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin